Pulau ini merupakan garis depan pertahanan militer Jepang dan masih terkenal dengan mercusuar yang sudah langka. Pulau ini juga disebut Pulau Damar Besar karena banyak pohon damar tumbuh di sini. Pulau ini kini berada di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Mercusuar yang dibangun tahun 1879 ini berdiri setinggi 60 meter dan seluruhnya dibuat dari besi pelat. Untuk tiba di puncak mercusuar, pengunjung harus melalui lebih dari 270 anak tangga. Mercusuar ini berfungsi membantu navigasi kapal yang akan memasuki Pelabuhan Tanjung Priok.
Dari jarak 20 mil, mercusuar ini sudah bisa terlihat. Di masa lalu, mercusuar menggunakan api bertenaga minyak tanah. Kini menggunakan tenaga listrik berdaya 1.000 watt.
Dalam buku Sejarah Teluk Jakarta terbitan tahun 1996 milik Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta kala itu (kini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta - Red) disebutkan bahwa Pulau Edam menyimpan banyak peninggalan kepurbakalaan terutama masa kolonial Belanda dan pemerintahan Jepang di Indonesia. Peninggalan lain selain mercusuar adalah benteng.
Benteng di Pulau Edam terletak di sebelah timur laut pulau ini. Bangunan inti berbentuk kerucut terpancung. Lima tahun lalu benteng ini terlihat tak terlalu utuh, namun masih terlihat bentuk benteng. Tembok benteng juga sudah penuh dengan lumut dan tertutupi tanaman menjalar. Dalam buku itu disebutkan juga, berdasarkan literatur perbentengan fungsi bangunan itu bukan untuk benteng melainkan sebagai tanggul meriam atau batterij berdiameter sekitar 10 m.
Bangunan inti sebagian massive dan sebagian berongga. Bagian yang berongga merupakan ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah atau bunker ini tak lagi bisa dimasuki karena, lima tahun lalu, kondisinya sudah tertutup tanah dan akar pohon.
Pulau seluas sekitar 36 hektar ini merupakan pulau yang pernah direncanakan sebagai tempat perjudian. Alwi Shahab menyebutkan, di tahun 1950-an Walikota Sudiro sempat mempunyai rencana membuat perjudian legal di Kepulauan Seribu dan Pulau Edam menjadi alternatif sebagai lokasi strategis karena lokasinya tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Di pulau ini juga terdapat makam Syarifah Fatimah, Wali Sultan Banten. Sejarah keberadaan bangunan-bangunan di sini belum terkuak jelas. Pulau ini juga semakin sepi dan makin terkesan menyeramkan karena tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah.
Keterangan :
Mercusuar di Pulau Edam ini dibangun tahun 1879. Tingginya 60 meter dan seluruhnya dibuat dari besi pelat. Untuk tiba di puncak mercusuar, pengunjung harus melalui lebih dari 270 anak tangga (klik gambar untuk memperbesar).
Pulau Edam yang dikelola Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut Departemen Perhubungan (Dephub) itu dulu pernah menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Johannes Champhuis. Adolf Heuken menulis bahwa tempat peristirahatan bertingkat dua itu dibangun tahun 1685. Tahun 1691 Champhuis menyerahkan rumah itu ke penerusnya, Joan Van Horn. Rumah itu terus digunakan oleh gubernur jenderal selanjutnya hingga diambilalih oleh VOC pada 1 Februari 1709. Sisa bangunan itu kini hanya berupa fondasi.
Andai saja armada Inggris tidak menghancurkan semua bangunan di pulau ini pada tahun 1800, barangkali, sisa kincir angin masih bisa terlihat. Kincir angin dibangun pada 1705 demi kepentingan penggergajian kayu dan bengkel pemintalan tali jangkar. Saat Jepang menguasai Indonesia, mereka meninggalkan gudang peluru di pulau sunyi ini.
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai pulau edam damar indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai tempat wisata di indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di sini
BalasHapus